Tittle : HISTORY
(Chapter 1)
Author: Ms.Byun | @anneeeelf
Genre: Fantasy,
Romance
Rating: Teenager
Lenght: Series (Chapter)
Main Cast:
- Jung Ji Ra (OC)
-
All EXO Member
-
Jung Jae Joon (OC)
Support
Cast: -
Park Soo Joon (OC)
-
Han Sang Jae (OC)
-
Kim Ri Young (OC)
Summary:
Ketika 2
orang kakak beradik terpisah dan terpaksa bersatu kembali karena 12 namja
penghuni dimensi lain meminta mereka menyelesaikan masalahnya, agar bisa hidup
tenang di bumi. Bagaimana kisah mereka?
When the
skies and the ground were one of legends, through their twelve forces, nurtured
the tree of life. An eye of red forces created the evil which covered the heart
of tree of life and the hearts slowly grew dry. To attend to an embrace the
heart of tree of life, the legends hereby divide the tree in half and hide each
side. Hence, time is overtuned and space turns askew. The twelves forces divide
into two and create two suns that look alike. Into two world that seem alike,
the legends travel apart. The legends shall now see the same sky but will stand
on different ground. Shall stand on the same fround but shall see the different
sky. The day the ground beget a single file before one sky in two worlds that
seem alike, the legends will greet each other. The day the red forces purify
and the twelve forces reunite into one perfect root, a new world shall open up.
---***---
Kriing!!!Kriing!!!
Jam weker
kecil di sebelah tempat tidur seorang yeoja itu berbunyi dengan nyaring, tangan
kecil yeoja itu bergerak pelan menuju bagian atas jam weker tersebut dan...
tidak ada lagi bunyi yang memekakan telinga, sang penghuni tempat tidur pun
kembali menyingkupkan selimutnya dan kembali pergi ke alam mimpi.
“Jira!!
Cepat bangun, sudah jam berapa ini? kau harus pergi sekolah.” Seseorang berteriak dari lantai dasar
“Ne eomma.”
Seseorang menjawab dari dalam kamar, ia masih berusaha untuk bangun dari
tidurnya. Setelah nyawanya terkumpul seutuhnya ia berjalan menuju lemarinya
lalu mengambil bajunya dan pergi kedalam kamar mandi.
###
“Jira, eomma
sudah berapa kali mengingatkanmu untuk bangun lebih pagi. Ini hari pertamamu di
SMU tapi kau sudah terlambat saja.” Ucap eomma dari yeoja itu
“Aku sudah
berusaha eomma.” Jawab sang yeoja yang bernama Jira itu sambil melahap
sarapannya
“Lain kali
kau harus bangun lebih pagi, sudah cepat habiskan sarapanmu dan cepat pergi.”
“Ne, eomma.”
Jawab Jira dengan muka malas
###
“Hai Jira!”
panggil seseorang ketika Jira memasuki gerbang sekolah
“Eh? Hai Riyoung!”
“Kau mau ke
kelas?”
“Iya.”
“Aku juga
mau ke kelas, kita ke kelas bersama sama saja ya?”
“Ayo.”
Tawa kedua
yeoja itu terdengar riang. Jira dan Riyoung bersahabat sejak mereka masuk SMP
yang sama, dulu mereka berdua itu bertetangga tetapi Riyoung harus pindah rumah
karena orangtuanya bercerai. Dan di SMU ini mereka ditakdirkan untuk tetap
bersama, buktinya mereka satu sekolah dan satu kelas pula.
Jira dan Riyoung
sudah ada di kelasnya, mereka menduduki kursi baris kedua yang berhadapan
langsung dengan kursi seonsaengnim. Jira dan Riyoung sibuk bercanda ria
sementara murid lain yang notabene belum mereka kenal sibuk dengan urusannya
masing – masing, tidak lama bel berdering dengan nyaring dan terdengar di
seluruh penjuru sekolah ini.
Setelah bel tersebut berbunyi, para seonsaengnim
berlomba untuk sampai terlebih dahulu ke kelas yang akan dipegangnya dan
akhirnya seonsaengnim kelas Jira datang juga. Ia bertubuh tegap, tidak terlalu
tinggi, berkulit putih dan bisa dibilang tampan.
“Annyeong
hasseyo semuanya.” Ucapnya
“Annyeong
hasseyo seonsaengnim.” Jawab semua murid tak terkecuali Jira
“Joneun Suho
imnida. Saya dari kelas XII-B akan mengajar kalian selama setahun penuh. Jadi
kalian bisa memanggil saya sunbae.” Ucapnya lagi sebari senyum kepada seluruh
isi kelas
“Ne
Sunbaenim.” Jawab seluruh isi kelas serentak
“Sebelum
saya mulai pelajaran hari ini, saya ingin kalian semua memperkenalkan diri
kalian masing – masing di depan kelas, dimulai dari ujung kanan.” Satu persatu
murid memperkenalkan diri mereka dan tibalah giliran Jira untuk memperkenalkan
dirinya, ia melangkah menuju depan kelas
“Annyeong
hasseyo joneun Jung Ji Ra imnida, kalian bisa memanggil saya Jira.” Ucap gadis
berambut panjang bergelombang itu sebari senyum. Giliran demi giliran sudah
diselesaikan, sekarang waktunya belajar dimulai. 2 jam berlalu tibalah waktunya
istirahat, semua murid berebutan untuk keluar paling pertama tetapi tidak
dengan Jira, ia lebih memilih diam di kelas. Suho yang saat ini masih ada di
dalam kelas sesekali melirik ke arah Jira, sambil merapikan buku – bukunya ia
masih melirik ke arah Jira. Dengan tidak sengaja tatapan mereka bertemu, Suho
hanya tersenyum mistis lalu berjalan keluar kelas meninggalkan Jira yang
bergidik melihat senyum mautnya. Riyoung yang masih berada di sebelah Jira
mengerutkan keningnya
“Ya! Kau
kenapa?” tanya Riyoung yang kebingungan dengan wajah innocent-nya
“Gwaenchana.”
Jawab Jira singkat. Jira kembali memutar kepalanya kearah pintu, mengingat
senyum misterius itu kemudian ia kembali bergidik.
“Hei! Ada
apa denganmu? Kenapa kau melihat pintu dengan tatapan seperti itu?” Riyoung
kembali bertanya masih dengan wajah kebingungan
“Tadi ...
aku melihat se ... suatu.” Jira menjawab dengan tergagap – gagap
“Sesuatu apa
maksudmu? Aku tak mengerti.”
“Ah
maksudku, tadi aku seperti melihat temanku berjalan di depan kelas tetapi
setelah aku lihat – lihat ternyata dia bukan temanku yang ku maksud.” Jira
berbohong
“Oh begitu.
Aku mau ke kantin, kau mau ikut tidak?”
“Tidak. Aku
disini saja.”
“Yasudah,
aku pergi dulu ya. Dah!” Jira membalas lambaian tangan Riyoung. Seiring dengan
keluarnya Riyoung dari kelas, Jira berdiri dari duduknya kemudian ia berjalan
menuju pintu kelas. Kepalanya menjulur keluar seperti mencari – cari seseorang,
tetapi ia tak menemukan sosok yang ia cari. Ia memutar badannya dengan tujuan
kembali ke tempat duduknya, tetapi sesuatu mengejutkan Jira dan membuat yeoja
itu mematung di tempatnya berdiri sekarang. Seorang namja berkulit coklat menyeringai
ke arah Jira, namja yang duduk di kursi bagian pojok kelas itu menatap dalam
mata Jira. Jira yang masih ketakutan mulai membuka mulutnya, tidak lama sebuah
suara mulai keluar dari mulutnya. Dengan volume suara yang meningkat ia berkata
“Ri .. young
.. Riyoung ... RIYOUNG-A TUNGGU AKU! AKU IKUT!” yeoja itu langsung membalikan
tubuhnya untuk keluar dari kelas dan mengejar Riyoung.
###
“Sekarang
ceritakan padaku, kenapa kau berlari – lari mengejarku?” tuntut Riyoung ketika
mereka sudah sampai di kantin
“Ketika kau
keluar dari kelas tadi, aku berjalan ke arah pintu untuk melihat – lihat
keadaan di luar kelas tetapi ketika aku akan kembali ke tempatku aku melihat
ada seorang namja yang sedang duduk di pojok kelas sambil menyeringai kepadaku.
Itu sebabnya aku mengejarmu.” Jelas Jira panjang lebar
“Seorang
namja?”
“Iya, tapi
aku tidak mengenalnya.”
“Ya kita kan
murid baru, wajar saja kalau kita belum mengenal satu sama lain.”
“Tapi dia
menyeramkan, untuk apa dia menyeringai kepadaku? Lagipula aku tidak merasa
bahwa ada murid selain aku di kelas.”
“Mungkin itu
hanya perasaanmu saja Jungji.”
“Ya! Jangan
panggil aku dengan nama itu.”
“Haha kau
ini mudah emosi sekali, kau masih mengingat wajah namja itu tidak?”
“Samar –
samar, aku tidak bisa melihatnya dengan jelas jarak kami lumayan jauh.”
“Yasudah
nanti ketika jam pelajaran coba beritahu aku namja mana yang tadi kau lihat.”
Jira menganggukan kepalanya tanda setuju dengan perkataan Riyoung
###
“Mana namja
yang kau lihat tadi?” tanya Riyoung setengah berbisik kepada Jira. Jira
menengokan kepalanya, ia menyusuri seluruh isi kelas mencari sosok yang
dilihatnya tadi. Tetapi nihil, Jira tidak menemukan namja yang ia lihat tadi.
“Dia duduk
di sebelah mana? Kulihat ke pojok tidak ada namja yang kau sebutkan tadi, yang
menempati tempat itu seorang yeoja.”
“Aku tidak
tau, dia tidak ada disini. Tapi aku benar – benar melihatnya tadi dan dia benar
– benar ada di kursi pojok itu” Jira
kembali mencari sosok yang dilihatnya tadi, tetapi lagi – lagi hasilnya nihil!
Namja itu tidak ada di kelas. ‘Kemana dia? Sebenarnya dia itu siapa?’
pertanyaan itu memenuhi kepala Jira.
“Kau mencari
sesuatu Jira?” tanya Suho ketika melihat Jira terus melihat ke arah belakang
“Ah, ani
sunbae” Jira berucap dengan takut. Lagi – lagi Suho hanya membalas dengan
senyum, senyum mistis.
“Jira”
panggil Riyoung
“Mwo?”
“Bagaimana
kalau kita tanyakan saja pada yeoja itu?”
“Yeoja yang
mana?”
“Yang duduk
di tempat namja yang tadi kau lihat!”
“Ide yang
bagus! Aku setuju.” jawab Jira dengan kencang, Jira yang menyadari kesalahannya
segera menutup mulutnya
“Kalau anda
tidak suka dengan pelajaran saya, anda boleh keluar dari kelas ini Nona Jung.” Tegur
Suho kali ini tanpa senyum mistisnya
“Maafkan aku
sunbae, aku ...”
“Kau boleh
keluar sekarang” potong Suho sebari mendelik ke arah pintu. Jira dengan rasa
kesal beranjak dari tempat duduknya dan melangkah keluar kelas, ia tau kini
seluruh murid di kelasnya sedang menatap dirinya tak terkecuali Suho.
Jira
mengehentak – hentakan kakinya baru kali ini ia dikeluarkan selama jam
pelajaran berlangsung terlebih lagi ia bukan dikeluarkan oleh gurunya tetapi
seniornya, ia tidak bisa menahan kekesalannya dengan kencang ia menendang
tempat sampah yang ada di depannya, sampah – sampah pun berserakan di halaman
sekolah. Seorang namja bertubuh tinggi berjalan ke arahnya
“Ehem.”
Namja itu berdehem di sebelah Jira
“Nuguya?”
“Aku?” namja
itu menunjuk dirinya sendiri
“Iya.”
“Chanyeol imnida,
kau sendiri?”
“Jira
imnida”
“Kau murid
baru ya?”
“Iya, aku
baru kelas X”
“Pantas
saja”
“Pantas
apa?”
“Pantas saja
aku belum pernah melihatmu sebelumnya” Chanyeol tersenyum
“Memangnya
kau kelas berapa?” tanya Jira
“Aku kelas
XII”
“Jadi, kau
satu angkatan dengan Suho sunbae?”
“Ne,
memangnya kenapa?”
“Tidak apa –
apa” jawab Jira sambil membalas senyuman Chanyeol
“Kau sedang
apa di luar kelas? Bukankah ini sedang jam pelajaran?”
“Ne, aku
diusir oleh Suho sunbae dari kelas karena aku mengobrol dengan temanku”
“Dan kau
yang menyebabkan sampah – sampah ini berserakan?” Jira hanya membalasnya dengan
senyuman innocentnya
“Kalau
dilihat oleh kepala sekolah, kau bisa terkena masalah.”
“Benarkah?
Lalu bagaimana ini?” tanya Jira panik
“Tidak perlu
panik seperti itu, bakar saja” Chanyeol menggerakan tangannya diatas sampah –
sampah yang berserakan itu dan BUUSSSHH! Sampah – sampah tersebut terbakar dan
langsung menjadi abu. Jira tercekat melihat kejadian tersebut, ia diam
memandangi sampah – sampah yang sudah menjadi abu itu kemudian pandangannya
beralih pada Chanyeol yang berada di depannya
“Tidak perlu
terkejut.” Jira tersadar dari lamunannya setelah mendengar perkataan Chanyeol
“Apa
maksudmu? Tadi itu...”
“Kau akan
tahu nanti, hanya butuh waktu.” Chanyeol kembali tersenyum dan berlalu
meninggalkan Jira yang kebingungan
###
Kring~
Bel pulang
sekolah pun berbunyi. Semua murid di kelas pun segera mengemas barang-barang
mereka dan bersiap untuk pulang. Jira memasukan tempat pensil dan buku-bukunya
kedalam tas, Riyoung juga melakukan hal yang sama. Kedua sahabat itu berjalan
keluar kelas lalu berhenti ketika salah seorang diantara mereka membuka
pembicaraan
“Kau jadi
bertanya pada yeoja yang duduk di pojok tadi tidak?” tanya Riyoung
“Besok saja,
lagipula aku sudah tidak terlalu memikirkan masalah itu” jawab Jira enteng
“Baiklah,
kalau begitu aku pulang duluan ya. Dah! Sampai bertemu besok” Riyoung berlari
sambil melambaikan tangannya kepada Jira, Jira hanya membalasnya.
Jira
berjalan tergesa – gesa menuju gerbang sekolah, karena tidak hati – hati ia
menabrak seorang namja yang sedang berjalan didepannya.
BRUK!
Namja itu
tersungkur ke depan dan menabrak sebuah movil van didepannya.
“Gwaenchanayo?”
tanya Jira pada namja yang ditabraknya
“Nan
Gwaenchana” jawab namja itu menahan sakit. Kening Jira mengerut ketika melihat
mobil van yang ditabrak namja tadi sudah tidak berbentuk seperti semula. Bagian
kanan mobil van itu sudah melengkung kedalam.
“Kau benar
tidak apa – apa?” tanya Jira lagi. Namja itu hanya menggeleng lalu pergi
meninggalkan Jira. Setelah terdiam agak lama Jira memutuskan untuk segera
pulang ke rumahnya.
Jira
berjalan seorang diri, jarak rumah dengan sekolahnya memang tidak terlalu jauh
maka dari itu Jira lebih memilih berjalan kaki. Jira menyusuri jalanan sepi
itu, tak ada satu kendaraan pun melewati jalan tersebut bahkan pejalan kaki pun
tidak ada, hanya Jira yang berjalan disitu.
Semilir
angin berhembus menyapu lembut rambut jira, entah kenapa angin itu membuat bulu
kuduk Jira berdiri seakan-akan ada aura suram. Lagipula, saat itu cuaca sedang
cerah bahkan sinar matahari sangat terik sekali. Dengan yakin Jira terus
menyusuri jalan itu sambil menunduk ketakutan. Perasaan Jira tidak enak, ia
mendongakan kepalanya, seorang namja berkulit pucat muncul di depannya. Tanpa
ekspresi. Mereka berdua saling menatap, masih tanpa ekspresi.
“Kau siapa?”
tanya Jira mencoba mencairkan suasana
“...” tidak
ada jawaban. Namja berkulit pucat itu masih menatap Jira tanpa ekspresi
“Yak, kau
ini kenapa diam saja? Aku bertanya padamu” ucap Jira lagi pada sang namja.
Tetapi nihil namja itu masih membungkam mulutnya. Ketika Jira akan membalas
tatapan namja itu, tiba – tiba angin itu muncul lagi. Angin yang membuat Jira
ketakutan, seiring dengan semilir angin namja itu berjalan mundur lalu ...
menghilang. Angin menakutkan itu membawa namja tadi entah kemana. Yang ada di
pikiran Jira sekarang hanyalah kembali ke rumah, ia mempercepat langkahnya,
pikirannya tidak fokus ia mencoba untuk melupakan kejadian – kejadian aneh yang
terjadi padanya hari ini tetapi ia tidak bisa, bayangan – bayangan orang yang
dia lihat tadi terus terbayang – bayang di pikirannya.
###
Jira
menghempaskan tubuhnya di atas tempat tidur, dia membayangkan kejadian siang
tadi. Bayangan – bayangan namja berkulit coklat dan berkulit pucat itu muncul
di pikirannya, aneh. Ya, hanya kata itu yang bisa menggambarkan kejadian tadi.
Jira yang termenung di kamarnya itu beranjak dari tempat tidurnya dan berniat
keluar dari kamar lalu mencari kegiatan lain yang bisa membuatnya lupa dengan
kejadian tadi. Jira menuruni tangga dengan hati – hati, ia mengambil beberapa
makanan ringan dan duduk di ruang keluarga, ia mencoba menyalakan televisi yang
ada di depannya tetapi tiba – tiba semua lampu padam, ‘ada apa ini?’ batin
Jira. Ia keluar dari rumahnya dan melihat keadaan sekitar, semua listrik padam.
“Eomma...”
panggil Jira
“Ada apa?”
jawab eommanya yang baru saja selesai mandi
“Listriknya
padam” ucap Jira dengan muka masam
“Yasudah
tunggu saja sampai kembali menyala.” Sambil menanti listrik kembali menyala,
Jira melanjutkan acara makannya yang sempat tertunda tadi.
Hari sudah
menjelang malam tetapi listrik belum menyala juga, seorang yeoja dengan wajah
kesal menghampirinya eommanya
“Eomma...”
“Ne?”
“Kenapa
listriknya tidak menyala juga?”
“Kau ini
tidak sabar sekali”
“Tapi eomma,
ini sudah menjelang malam”
“Siapkan
saja lilin”
“Ne, ne.”
Dengan keadaan rumah yang agak gelap, Jira mencoba mencari lilin ia menggerak
gerakan tangannya mencari arah untuk berjalan. Ketika ia sedang berjalan,
tiba-tiba sekelebat cahaya melewatinya.
Jira tercekat, ia berusaha mencari
tumpuan agar bisa mencari asal cahaya itu, keadaan gelap membuat Jira tidak
bisa melihat apapun di sekitarnya akibatnya tubuh kecil yeoja itu membentur
lemari besar di belakangnya, ia merintih kesakitan lalu mencoba untuk kembali
mencari lilin dan tiba – tiba listrik di rumah itu kembali hidup. Kelegaan
memenuhi hati Jira, tetapi kecemasan itu kembali muncul ketika ia mengingat
cahaya yang melewatinya tadi.
TOK! TOK!
TOK!
Pintu rumah
Jira diketuk oleh seseorang.
“Jira-ya,
baterai ponselku habis, aku boleh titip ponselku tidak? Di rumahku listriknya
padam, tapi kulihat rumahmu listriknya tetap menyala.” Pinta Tetangga Jira
“Memangnya
di rumahmu listriknya belum menyala?”
“Belum,
rumah – rumah yang lainnya pun begitu.”
“Kenapa
rumahku listriknya sudah menyala?”
“Kukira
rumahmu memakai bahan bakar cadangan”
“Tidak,
rumahku tidak menyimpan itu”
“Kalau
begitu, aku boleh tidak menitipkan ponselku disini?”
“Ne, boleh”
“Gomawoyo
Jira” ucapnya sambil tersenyum dan pergi dari rumah Jira.
Setelah
menitipkan ponsel tetangganya itu kepada eommanya Jira kembali ke kamarnya, ia
memutar musik dari ponselnya dengan keras. Ketika ia sedang menikmati alunan musik
dari ponselnya, musik itu tiba-tia berhenti. Jira mengangkat ponselnya,
ponselnya mati.
Seorang
namja berkulit sama dengannya berdiri di sebelah tempat tidur Jira, yeoja
diatas tempat tidur itu tidak menyadari kehadiran seseorang disebelahnya. Namja
itu mulai mengembangkan senyumnya.
“Permisi
nona” suara khas namja itu berhasil membuat yeoja diatas tempat tidur
didepannya menoleh
“KYAAAA!”
teriak Jira lalu memundurkan tubuhnya diatas tempat tidur
“Kau siapa?
Kenapa kau bisa ada di kamarku?!” teriak Jira lagi sambil melempar sebuah
bantal kearah namja didepannya
“Ikut aku
sekarang” namja didepannya hanya menjawab dengan singkat
“tidak!”
Jira kembali melempar bantal kearah namja didepannya
Namja
didepan Jira itu melangkah mendekati Jira yang ketakutan diatas tempat tidur,
semakin dekat, dan kini tubuh mereka berhadapan. Namja itu menarik lalu
menggenggam erat tangan yeoja di depannya, ia mendekatkan wajahnya pada telinga
sang yeoja.
“Ikut aku,
kau dalam masalah besar sekarang.”
DEG!
---***---
*Other Place
Seorang
mahasiswi suatu universitas tinggi di Busan itu menata rambutnya di depan
cermin lalu mengambil tasnya dan pergi.
“Kau mau
kemana?”
“Aku ada
janji bersama temanku appa.”
“Jangan
pulang terlalu malam ya”
“Ne appa,
aku pamit”
***
Yeoja itu duduk
di kursi yang menghadap pada taman bunga di halaman belakang cafe tersebut,
meminum kopinya lalu sesekali memandangi bunga – bunga didepannya
“Sudah lama
menunggu?” tanya seorang namja yang bernama Kris itu
“Ani, baru
sebentar.” Jawab yeoja tersebut sambil tersenyum
“Kau mau
berangkat sekarang?”
“Boleh.”
Senyum pasangan itu mengembang, tangan mereka bergandengan.
***
“Pantai ini
indah ya.” Ucap seorang yeoja yang sedang memandangi gulungan ombak
“Ne, pantai
ini memang indah. Tapi tidak lebih indah dari kau” ucap Kris yang membuat pipi
yeoja disebelahnya bersemu merah
“Kau malu
Jaejoon-a?” yeoja yang bernama Jaejoon itu hanya membalasnya dengan senyuman,
Kris pun merangkul yeojanya itu lalu menariknya kedalam pelukannya.
“Saranghae.”
Ucap Kris sambil mengecup ringan kepala Jaejoon
“Nado” Kris
tersenyum mendengar jawaban Jaejoon.
“Aku ingin
mengajakmu ke suatu tempat.”
“Kemana itu
Kris?”
“Rahasia.”
Jawab Kris sambil menngeluarkan senyum jahilnya
“Kriisss”
Jaejoon mengerucutkan bibirnya
Kris menarik
tangan Jaejoon dan membawanya menuju suatu tempat yang indah, mereka berdua
saling menatap. Tangan Kris memegang erat bahu Jaejoon
“Aku ingin
mengatakan sesuatu padamu”
“Katakan
saja.” Jawab Jaejoon sambil melemparkan senyum manisnya pada Kris, tetapi Kris yang
melihat itu berubah murung
“Kembalilah
ke Seoul”
“Maksudmu?”
“Kau harus
bertemu dengan adikmu.”
“Bagaimana
kau tau tentang adikku?”
“Dariku.”
Seorang namja berwajah cantik menghampiri Jaejoon dan Kris
“Kau siapa?”
tanya Jaejoon
“Aku luhan”
“Luhan?”
“Kau mungkin
belum mengenalnya Jaejoon-a” ucap Kris
“Siapa dia
Kris? Jelaskan padaku.”
“Dia
temanku, dia tahu segalanya”
“Tahu
segalanya maksudmu? Aku tak mengerti”
“Yang jelas
kita harus segera kembali ke Seoul” sambung Luhan
“Ada apa
ini? kenapa dengan kalian?” Jaejoon kebingungan
“Segera
kembali ke Seoul.” Jawab Luhan dengan agak dingin
“Memangnya
kenapa? Apa yang terjadi pada adikku?” Jaejoon panik
“Adikmu
tidak apa – apa” jawab Kris menangkan Jaejoon
“Lalu kenapa
kalian menyuruhku kembali ke Seoul? Jawab aku!”
“Adikmu
memang tidak apa – apa sekarang, tapi jika kau menolak perintahku. Kau dan
adikmu dalam masalah besar.” Luhan menjelaskan
Mata Jaejoon
berkaca – kaca mendengar Luhan berkata seperti itu, tiba-tiba 3 orang namja
muncul di depannya. Namja pertama bertampang menyeramkan dengan kantung mata
yang hitam, namja kedua datang membawa suara petir yang sangat nyaring dan
namja ketiga datang, ombak – ombak pun berubah menjadi beku. Jaejoon
mengalihkan pandangannya pada Kris, ketika ia akan memeluk Kris, Luhan dan
namja yang menyeramkan berkantung mata itu mendekati Jaejoon dan .......
~TO BE CONTINUED~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar