Tittle:
D.E.A.T.H (chapter 1)
Scriptwriter: BunnyJ
[@Dinaainiyyah]
Main cast: EXO Member
Other cast: Seoul High
School
Genre: Mistery, Thriller
Duration: Chaptered
Rating: Teenagers [PG 13]
Tim basket dari Seoul High
School berhasil menjuarai kejuaraan basket tingkat SMA se- Korea Selatan. Namun
, kejadian aneh terjadi di sekolah mereka. Sebuah pembunuhan terjadi di sekolah
favorite se-Korea Selatan ini. Namun dalang di balik kejadian ini belum ada
yang mengetahuinya. Apa kalian dapat membantu mereka melewati kejadian
ini? Dan beritahu pada mereka siapa dalang di balik semuanya.
D.E.A.T.H CHAPTER 1
Basket stadium, 3 P.M KST
Final pertandingan basket
nasional Korea Selatan tingkat SMA sedang berlangsung. Seoul High School vs
Dongnam High School
Seorang namja berkulit
coklat mendrible bola lalu melempar bolanya kepada seorang namja bertubuh
tinggi di depannya. Namja yang paling tinggi di tim itu segera menangkap bola
pemberian temannya.
Namja itu berlari mendrible
bola melewati beberapa pemain lawan. Namja itu melempar bola ke arah ring. Bola
itu harus masuk jika mereka ingin menang di pertandingan final ini. Waktu
tinggal 2 menit lagi dan mereka tertinggal 2 poin dari tim lawan.
Wasit bersiap – siap meniup
pluitnya dan… ‘PRIITTT’ bola itu masuk ketika pluit dibunyikan. Papan skor
belum berubah. Mungkin beberapa detik lagi berubah. Dan benar saja, sekarang
mereka unggul 1 poin dari lawan mereka. Itu berarti mereka menang.
Penonton yang mendukung
mereka bersorak kegirangan. Tim basket mereka pun bersorak. Akhirnya tim basket
Seoul High School berhasil menjadi juara di tahun ini.
Diantara penonton yang
sedang bersorak, ada seorang namja duduk dengan ekspresi tidak senang dengan
kemenangan sekolahnya sendiri.
“Sekolah kita menang
betulkah itu, Kyungsoo?” tanyanya dingin pada seorang namja yang sedang berdiri
di sampingnya.
“Ne, minseok hyung. Kenapa
kau tak ikut bersorak bersama kami?” tanyanya pada namja dingin itu dengan
wajah yang masih dalam euforia kemenangan.
“Untuk apa? Mereka saja
tidak mempedulikan orang yang ada di dalam ruang lingkup tim basket mereka”
kata kim minseok berdiri lalu meninggalkan namja bernama kyungsoo itu.
Kyungsoo hanya menatap
minseok dari belakang. Mungkin minseok akan berdiri disana di lapangan
bergembira bersama tim basket. Karena dia dulu adalah anggota utama tim basket
namun setelah kejadian sahabatnya, chen bunuh diri ia memutuskan untuk keluar
dari tim basket.
————
Seoul High School, 7 A.M
KST
Seorang namja membawa
tasnya dengan gaya dingin. Namun setiap orang menyapa ia tersenyum. Dia pergi
ke ruang kelas I-I.
“Sehun-ssi! Chukkae atas
kemenanganmu kemarin” kata seorang yeoja pada namja tadi.
Namja tadi yang bernama
Sehun itu tersenyum “Gomawo” katanya sambil menaruh tasnya di atas meja. Ia
melihat ke meja sebelahnya. Namja berkulit coklat itu tertidur dengan wajah
yang pucat. Sehun menghampirinya.
“Kai? Kenapa wajahmu
pucat?” tanyanya duduk di depan namja berkulit coklat yang ia panggil Kai.
“Ah, aku hanya pusing
karena tidak tidur setelah menonton pertandingan bola di televisi semalam”
katanya dengan nada lemas.
“Pergilah ke ruang UKS jika
kau sakit. Aku sebagai ketua kelas disini bertanggung jawab sepenihnya padamu”
kata seorang yeoja menghampiri mereka berdua. Di papan namanya terpampang nama
JUNG JAEJOON.
“Sudahlah tidak perlu. Aku
cukup tidur di kelas saja” Kai menolak untuk dibawa ke UKS. Namun Jaejoon tetap
memaksa Kai untuk pergi ke UKS. Sehun pun membujuk Kai.
Setelah beberapa lama
membujuk bahkan mereka hampir berdebat dengan Kai. Akhirnya kai mau untuk pergi
ke ruang UKS dengan Sehun yang mengantarnya.
“Baiklah aku akan pergi ke
UKS” katanya berjalan sendirian denngan lemas. Sehun membantunya untuk berjalan
ke UKS.
Sehun dan Kai berjalan
melewati lorong lorong sekolah yang terlihat sepi. UKS sekolah ini terletak di
lantai 2 itu berarti mereka harus naik ke lantai atas untuk sampai ke UKS. Kai
ter;lihat sangat lemas. Bahkan Sehun harus bersusah payah membantu Kai untuk
berjalan.
“Rupanya ada pasien” kata
seorang namja yang merupakan senior Kai dan Sehun yang merupakan dokter di
sekolah ini. Namanya adalah Lay dari kelas III-I. Dia sudah ada di depan pintu
ketika Kai dan Sehun ada di ujung lorong lantai 2.
“Lay hyung. Kai sedang
sakit dan tampaknya dia membutuhkan waktu untuk istirahat” kata Sehun sambil
membawa Kai masuk ke dalam UKS. Lay mengikuti mereka dari belakang.
Kai sekarang berbaring di
ranjang ruang UKS. Lay segera memeriksanya. “Ia hanya membutuhkan obat sakit
kepala dan obat penenang lalu jika dia tidur beberapa jam maka dia akan sembuh”
Lay memberikan beberapa
obat kepada Kai dan Kai segera meminumnya. Beberapa detik kemudian ia tertidur.
“Hyung. Kau akan jaga di
ruang UKS ini kan selama jam pelajaran berlangsung?” Tanya Sehun.
“Tentu saja. Karena hari
ini aku ditugaskan untuk berjaga bersama anak yang sekelas denganmu Hyejin”
kata Lay pada Sehun. “kau ingin menitipkan Kai padaku bukan?” katanya menebak
nebak.
“Tebakanmu benar hyung. Aku
sebenarnya disuruh untuk menjaganya oleh Jaejoon, ketua kelasku. Tapi karena
berhubung setelah ini ada jam pelajaran kesukaanku jadi aku menitipkannya
padamu hyung” kata Sehun sambil tersenyum
“Arasseo. Aku akan
menjaganya” kata Lay. Sehun pun keluar dan kembali ke kelas.
Lay menatap keluar jendela.
Dia tersenyum. Ternyata dia masih diberi kepercayaan untuk berada di sekolah
ini setelah terjadi skandal seminggu yang lalu. Ia dituduh salah memberikan obat
kepada seorang siswa sehingga siswa itu harus dilarikan ke rumah sakit.
Terdengar pintu ruang UKS
dibuka. Lay pun menoleh ke arah pintu masuk. Tak ada orang disana. Seseorang
mencengkram bahunya.
“Oppa! Kai barusan sudah
pergi ketika aku datang kesini” kata yeoja yang mencengkram bahu Lay.
“Aigoo. Anak itu memang tak
pernah bisa diam untuk istirahat sebentar… oh ya Hyejin boleh aku minta tolong
?” Tanya Lay.
“Ne. bantu apa?” Tanya
Hyejin dengan senyum yang manis.
“Tolong ambilkan beberapa
data di ruang guru tentang laporan kesehatan siswa. Aku harus membuat
diagramnya” kata Lay. Hyejin pun mengangguk lalu segera pergi untuk mengambil
data sesuai permintaan Lay.
Kai memang sudah pergi dari
tempatnya. Memang Lay juga sering merawat anak dari tim basket dan Kai yang
paling sering masuk ke ruang UKS. Jadi Lay sudah terbiasa apa bila merawat Kai
sakit dan melihat Kai menghilang begitu saja.
Suara pintu dibuka. Kali
ini Lay tidak menoleh ke arah pintu. Dia yakin yang masuk ke dalam ruang UKS
adalah Hyejin. Orang yang masuk itu sepertinya mencari sesuatu di tempat obat
obat disimpan.
“Hyejin?” Tanya Lay curiga.
Namun tak ada sautan dari arah tempat obat obat disimpan. Lay penasaran. Ia
menghampiri tempat penyimpanan obat
“Hyejin?” tanyanya sekali
lagi namun tetap tidak ada jawaban.
BRUK. Sepertinya seseorang
memukul kepalanya dari belakang. Lay merasakan sakit di kepalanya. Dan semuanya
perlahan menjadi kabur.
“Seorang ahli kesehatan.
Kau menmberikan pertolongan pertama pada anak anak lain. Tapi kau tidak
memberikan pertolongan pertama padanya . Wae?” Tanya seorang yeoja dan suaranya
masih dapat terdengar oleh Lay.
Kesadaran Lay semakin
menipis. Lay hendak melihat ke arah yeoja itu. tapi yeoja itu memukul kepalanya
dengan tongkat sekali lagi. “Sekarang rasakan apa yang pernah dia rasakan”
katanya. Lay sudah tidak sadarkan diri.
-~-~
Kai sudah kembali ke kelas.
Sehun menatapnya heran.
“Bukankah kau masih sakit?
Kenapa kau kembali ke kelas?” Tanya Sehun pada Kai. “Aniya. Aku sudah sehat.
Lihatlah mukaku ini” .kata Kai pada Sehun.
“Kau tahu? Setelah ini kita
akan ujian bahasa Jepang. Jadi harusnya kau tak masuk ke kelas” kata Sehun
berbisik pada Kai.
Ketua kelas 1-1 , Jaejoon
masuk ke dalam kelas. Ia membawa sebuah kertas. “Ini pesan dari guru Nami, guru
bahasa Jepang kita. Katanya hari ini kelas bahasa Jepang akan diganti dengan
Kelas musik”
Semua siswa kelas 1-1
bersorak kegirangan. Tentu saja mereka tidak jadi ujian bahasa jepang hari ini.
“Namun, sesuai jadwal kita
akan di test alat musik oleh guru Kang” lanjutnya. Semua anak yang bersorak
semuanya terdiam setelah mendengar lanjutan pembicaraan. Semua raut wajah
mereka berubah.
“Dan sekarang kita harus
pergi ke ruang musik” kata Jaejoon. Semua anak keluar kelas lalu pergi ke ruang
musik secara bersamaan.
“Yak! Harmonikaku tidak
ada. Sepertinya tertinggal di atap sekolah.” Kata seorang yeoja, Jung Jira.
Sehun memperhatikannya dari jauh.
“Kalau begitu cepatlah
ambil. Aku akan mengantarmu ke atap gedung ini” kata Jaejoon lalu mereka berdua
berlari pergi ke atap gedung. Sehun terus memperhatikan mereka berdua.
Sepertinya Sehun mencuragai
tingkah laku yeoja yang merupakan ketua kelas 1-1, Jaejoon. Semua sikapnya itu
sangat mencurigakan di mata Sehun.
Kai menepuk bahu Sehun.
“Ayo cepat daripada kita di hukum oleh guru Kang” Sehun segera pergi bersama
Kai ke ruang musik.
–~–~–~
Jaejoon berlari bersama
Jira. “Yak! Joon-ah ppali!” kata Jira sambil menarik tangan Jaejoon. Jaejoon
hanya mengikuti Jira. Ia menatap Jira dari belakang dengan tatapan tidak
senang.
“Apa harmonika itu sangat
berharga bagimu? Sehingga kau meninggalkannya begitu saja di atap sekolah?”
Tanya Jaejoon dengan nada sebal
“Tentu saja. Itu Harmonika
yang mengantarku masuk ke sekolah ini. Aku sering memainkannya bersama Baekhyun
oppa di atap gedung sekolah. Aku yang memainkannya dan Baekhyun oppa
menyanyikan sebuah lagu untukku” katanya sambil mempercepat langkah.
Sekarang mereka sudah
sampai di atap gedung sekolah yang berlantai 4. Jira segera mencari harmonika
miiknya.
“Apa ini harmonikamu?”
Tanya Jaejoon sambil menggenggam sebuah harmonika. Jira menoleh kea rah Jaejoon
“Ne. itu harmonikaku” katanya sambil berlari ke arah Jaejoon.
Jaejoon membuang harmonika
Jira sehingga jatuh ke lapangan sekolah. Jira melihat perlakuan Jaejoon dengan
kaget.
“APA YANG KAU LAKUKAN?”
teriak Jira sambil melihat kea rah Jaejoon dengan berlinang air mata.
“Bukankah itu yang
membuatmu menjadi murid terbaik pada kontes musik di sekolah ini?” Tanya
Jaejoon dengan sinis. Jaejoon mendekati Jira yang masih ada di pinggir
atapgedung sekolah.
“Ne! Lalu kenapa?” Tanya
Jira mundur selangkah demi selangkah. Jaejoon semakin mendekatinya.
“Kau tahu? Harusnya aku
adalah murid terbaik dalam kontes itu jika kau tidak ada disana” kata Jaejoon
semakin mendekati Jira. “dan harusnya kau tidak pernah datang ke tempat ini,
karena tempat ini adalah tempat kenanganku!” kata Jaejoon menaruh tangannya di
bahu Jira lalu mendorongnya.
Jira jatuh! Jaejoon
tersenyum bangga. Tak ada satupun orang yang melihat ini semua. Bukankah
rencananya berhasil? Dan sekarang tinggal penyelesaian akhir dari rencananya
kali ini.
–~–~–~-
“KYAAA!” teriak seorang
siswa yang ada di pinggir jendela di kelas 2-1. Semua siswa melihat ke arahnya.
Dan wajah siswa itu tampak pucat.
“Waeyo? Apa yang terjadi?”
Tanya guru di kelas padanya. Dua orang namja yang sedari tadi asik mengobrol
bersama juga melirik ke arah siswa itu.
“Itt… itu… Jung… Jung
Jira…” katanya terbata-bata. Salah satu namja yang asik mengobrol tadi segera
berdiri dan mendekati siswa itu. Namja itu bernama Baekhyun, namjachingu Jung
Jira.
“Ada apa dengannya?!”
teriak Baekhyun pada siswa itu. Namja yang mengobrol bersamanya tadi pun
menenangkannya. Di papan namanya terpampang nama PARK CHANYEOL
“dia… dia barusan.. jatuh
dari lantai atas” kata siswa itu dengan pucat. Baekhyun terkejut mendengar hal
itu. seluruh siswa segera berhamburan keluar kelas.
“Baekhyun, kau tidak apa
apa?” Tanya Chanyeol memastikan keadaan Baekhyun yang terburu buru berlari ke
lapangan. “Aku harus memastikannya” kata Baekhyun terus berlari. Chanyeol
mengikutinya dari belakang.
Mereka sudah sampai
dibawah. Yeoja yang jatuh dari atap gedung itu benarlah Jung Jira. Baekhyun
terkejut. Chanyeol menenangkan Baekhyun.
Sementara itu Hyejin segera
pergi ke UKS untuk mengambil alat perawatan tanggap darurat. Ia mencoba membuka
pintu UKS namun tak terbuka. Kali ini ia mendorong pintu UKS dan terbuka. Namun
seseorang terlihat tergantung di atasnya. Itu Lay.
“KYAAAA!!!” teriak Hyejin
membuat seluruh anak kelas 3 yang ada di sekelilingnya berkumpul di ruang UKS.
Benar saja semua orang
melihat Lay tergantung di langit langit ruang UKS dengan keadaan mengenaskan.
Mulutnya mengeluarkan busa dan matanya menjadi merah. Dapat disimpulkan dia
sudah tidak bernyawa lagi.
Pihak sekolah terpaksa
memanggil polisi karena dua kejadian ini. Sehun yang berkumpul diantara mereka
yang melihat mayat Jira segera pergi ke atap gedung. Kai yang melihat Sehun
pergi segera mengikutinya dari belakang.
“Kenapa kau pergi ke atap
gedung ?” Tanya Kai pada Sehun yang mempercepat langkahnya. “Bukankah Jung Jira
tadi bersama dengan Jung Jaejoon pergi kea tap gedung sekolah?” Sehun berbalik
bertanya sambil terus berjalan.
“Ne. lalu apa kau
mencurigai anak itu? maksudku, Jung Jaejoon?” Tanya Kai. Sehun mengangguk.
“Bukankah kau begitu percaya padanya selama ini?” Tanya kai kembali namun Sehun
diam. Kali ini tak ada sepatah kata pun keluar dari mulut Sehun tentang
Jaejoon.
Mereka sampai di atap
sekolah. Disana Jaejoon terlihat berada di pojok atap gedung. Sehun dan Kai
menghampirinya. “Ada apa denganmu?” Tanya Sehun.
Jaejoon terdiam wajahnya
terlihat sangat pucat. “Kenapa? Kenapa dia melompat dari gedung ini?” tanya
Jaejoon dengan nada kaget.
“Kenapa dia membawaku
kemari dan memainkan harmonikanya di hadapanku sebelum membunuh dirinya sendiri
dengan jatuh dari atap gedung ini dihadapanku? Kenapa?” Jaejoon berbicara
sendiri.
Kai memahami kondisi Jaejoon
mungkin karena dia masih terkejut dengan kejadian ini, jadi dia tak dapat
menjelaskan apa yang terjadi. Berbeda dengan Kai, Sehun masih menatap Jaejoon
dengan tatapan curiga.
Semua orang akan
menyimpulkan jika Jira bunuh diri dari atap sekolah dan juga Lay bunuh diri
dengan cara gantung diri. Belum ada dari mereka yang tahu siapa yang
merencanakan semua ini. Suatu saat nanti semuanya akan terungkap.
***
Hari
ini polisi masih menyelidiki TKP yang kemarin menjadi tempat Jira dan Lay
tewas. Oleh karena itu, sekolah meliburkan siswanya hari ini.
Hari ini pemakaman Lay dan
Jira. Pemakaman Lay sudah dilaksanakan tadi pagi. Sekarang, tinggallah Jira
yang abunya masih ada di rumah duka. Semua siswa Seoul High School datang ke
rumah duka. Termasuk Baekhyun
Teman teman Jira menangis,
terlebih lagi keluarga Jira. Baekhyun pergi menghadap ayah Jira. “Ajusshi,
mianhae” kata Baekhyun membungkuk di depan ayah Jira. Ayah Jira
membangunkannya.
“Kau tidak bersalah
Baekhyun. Itu kecelakaan dan itu sudah takdirnya” kata ayah Jira. Baekhyun
mengepalkan tangannya kencang. Ia yakin Jira tak mungkin bunuh diri, apalagi di
sekolah.
Akhirnya abu Jira dibawa
oleh keluarganya untuk ditaburkan di pantai. Suasana rumah duka pun semakin
sepi. Baekhyun tersenyum sambil melihat altar bekas abu Jira ditaruh. Ia
menatap altar itu penuh dendam. Dalam hatinya ia berjanji akan mencari tahu
penyebab kematian Jira.
Handphone Baekhyun
berbunyi. Telepon dari seseorang bernama Kris. Baekhyun mengangkat telepon itu.
“Yoboseyo”
“Baekhyun! Cepat datang ke
cafe tempat kita biasa berkumpul” kata Kris.
“Tapi, Hyung…” kata
Baekhyun mencoba menjelaskan keadaannya sekarang.
“Tidak ada tapi tapian.
PPALI !” kata Kris akan menutup teleponnya.
“Hyung!” kata Baekhyun
mencoba menahan Kris supaya tak menutup teleponnya. Namun, Kris sudah terlanjur
menutup teleponnya.
Baekhyun mendesah. Ingin
rasanya ia bunuh diri dan menyusul Jira yang saat ini sudah tenang di alam yang
berbeda. Baekhyun akhirnya berjalan pergi walaupun masih lelah dengan ini
semua.
—–
5 anggota tim basket
sudah berkumpul di sebuah cafe di dekat sekolah, tempat mereka biasa
berkumpul. Dan anggota terakhir yang datang adalah Baekhyun yang masih
menggunakan busana berwarna hitam. Semua anggota terlihat bersalah ketika
Baekhyun masuk dan duduk di sekitar mereka.
“Baiklah, aku mengumpulkan
kalian disini untuk memberitahukan kalian bahwa kita akan latihan setiap hari
karena kita akan menghadapi kejuaraan tingkat asia” kata Kris memulai
pembicaraan.
“Hari ini juga, hyung?”
tanya seorang namja berkantung mata dan terlihat seram itu.
“Tentu saja hari ini kita
akan tetap latihan” kata Kris dengan padat. Semua anggota terkejut ketika
mendengar apa yang diucapkan Kris.
Baekhyun menatap Kris
dengan tatapan sinis. “Tapi hyung… Bagaimana dengan…” Chanyeol menghentikan
kata katanya ketika Baekhyun bangkit dari tempat duduknya.
“Tak usah pikirkan tentang
diriku. Aku bisa mengundurkan diri dari tim basket dan kalian semua tidak perlu
repot lagi karenaku” kata Baekhyun lalu pergi.
“Yak! Byun Baekhyun!” teriak
Chanyeol mencoba menghentikan Baekhyun.
“Berhenti” kata Kris.
Chanyeol berhenti namun ia jalan kembali. “Jika kau melangkahkan kakimu satu
langkah, aku akan mengeluarkanmu dari tim basket” kata Kris kali ini Chanyeol
berhenti. Ia mengepalkan tangannya, ingin rasanya ia memukul orang itu.
“Wae hyung? Bukankah dia
adalah anggota tim basket juga?!” teriak Chanyeol kencang.
“Biarkan saja dia, atau kau
juga ingin pergi dan keluar dari tim basket seperti dia?” tanya Kris kali ini
Chanyeol terdiam, tak ada kata- kata yang keluar dari mulutnya. “Duduk lagi di
bangkumu” perintah Kris dan kali ini Chanyeol kembali duduk dengan kesal.
“Aku kasihan dengan
Baekhyun hyung” kata namja berkantung mata yang bernama Tao itu.
“Ne, Aku juga” kata Sehun.
“Tampaknya Baekhyun hyung
sangat terpukul dengan ini semua” kata Tao. Sehun dan Kai mengangguk menyetujui
perkataan Tao.
“Jelas saja. Kematian
pacarnya Jira sangat tragis. Dia bunuh diri dengan cara jatuh dari atap gedung
sekolah” kata Kai dengan wajah serius.
“Ani. Dia bukan bunuh diri.
Tapi dia dibunuh” kata Sehun dengan nada misterius.
“Dibunuh? Oleh siapa?”
tanya Tao penasaran.
“Dia…” Sehun menghentikan
kata katanya ketika terlihat seorang yeoja masuk bersama seorang namja. Mereka
berdua adalah anak Seoul High School, Jaejoon dan Minseok.
“Yak! Dibunuh oleh siapa?”
teriak Tao dengan kencang. Semua orang menoleh ke arah Tao dengan tatapan tidak
senang. Tao tertunduk malu.
Jaejoon dan Minseok duduk
di sebelah meja anggota tim basket. Kai menyapa mereka. “Hyung! Kau ke cafe ini
juga?” kata Kai lalu membisikkan sesuatu kepada Minseok. “Siapa yang kau bawa
hyung? Yeojachingumu?” Kai berusaha menggoda Minseok.
“ANI!” teriak Minseok
“Siapa yang mau memiliki yeojachingu sepertinya?” kata Minseok. Jaejoon segera
menatap Minseok dan Kai dengan sinis.
“Lalu apa hubungan kalian
berdua?” tanya Kai penasaran. “Kami bersahabat sejak kami kecil” kata Jaejoon.
“Ya. Kami bertiga. Aku,
Chen, dan Jaejoon sudah bersahabat sejak kecil. Bahkan kami sudah seperti
keluarga” kata Minseok. Jaejoon tertunduk. Sepertinya ia tak suka ketika
Minseok membicarakan anak yang bernama Chen itu.
“Jaejoon, apa kau pergi ke
pemakaman tadi?” tanya Sehun mendekati Jaejoon. “Ah, ne” kata Jaejoon tersenyum
lebar di depan Sehun.
“Hei, kalian berdua jangan
sedekat itu. Nanti kalian jatuh cinta” kata Kai menggoda. Sehun melempar botol
lada yang ada di meja ke arah Kai. Alhasil, Kai bersin bersin karena lada yang
masuk ke hidungnya.
“Rasakan itu ! ” kata Sehun
kesal. Jaejoon di sebelahnya tertawa dengan puas.
Sebuah handphone bergetar.
Mereka semua melihat handphone mereka masing masing. Ternyata Handphone Jaejoon
yang bergetar, ada telepon masuk. Ia segera pergi untuk mengangkat telepon itu.
Kai masih bersin-bersin. Ia
menyalahkan Sehun atas semua ini. Sehun balik menyalahkan Kai. Tao yang bingung
melihat mereka bertanya apa yang terjadi. Sehun menjelaskan semuanya dan ketika
Sehun selesai bercerita, Tao tertawa terbahak-bahak. Semua pengunjung cafe
melihat ke arahnya lagi. Tapi kali ini Tao tak mempedulikannya. Tao tetap
terbawa terbahak-bahak.
Jaejoon masuk kembali ke
dalam cafe. “Oppa, mianhae. Aku ada acara keluarga, aku disuruh pulang ke
rumah” katanya meminta maaf pada Minseok.
“Ne, arasseo. Tapi apa kau
tidak mau memesan sesuatu sebelum pergi?” tanya Minseok menawarkan sesuatu.
Namun Jaejoon tampak terburu-buru dan hanya membalas pertanyaan Minseok dengan
senyuman.
Kris bangun ia permisi ke
toilet pada Sehun dan Kai yang masih bertengkar. Sementara Tao masih tertawa
karena pertengkaran Sehun dan Kai dan dia terlihat seperti orang gila. Ketika
mereka semua asik dengan kegiatan masing – masing, Chanyeol hanya menatap
keluar cafe melalui jendela. Ia masih memikirkan keadaan Baekhyun saat ini.
—
Baekhyun tiba di sebuah
villa. Villa itu milik keluarga Baekhyun. Ia sering pergi ke villa ketika
mempunyai banyak masalah. Baekhyun juga pernah membawa Jira ke villa ini.
“Annyeonghasseo ahjumma”
Baekhyun menyapa seorang bibi yang ada di depan villa. Dia adalah pengurus
villa ini. Bibi itu tersenyum pada Baekhyun. “Annyeong Baekhyun. Selamat
datang” kata Bibi itu pada Baekhyun.
—–
Baekhyun masuk ke dalam
villa lalu pergi ke dalam kamar kesukaannya. Ia merebahkan diri di atas kasur
lalu memasang headset dan menyalakan musik.
PRAANGGG… Suara kaca pecah.
Baekhyun melihat bahwa kaca pintu balkon kamarnya pecah dan pecahannya
berserakan kemana-mana. Baekhyun menghampiri pecahan itu dan melihat sebutir
peluru di antara pecahan kaca itu.
“Kau sangat teliti” kata
seseorang dari belakang Baekhyun. Baekhyun kaget. Ia segera membalikkan
badannya dan menghadap orang itu. Tatapan mata mereka bertemu.
“SIAPA KAU ?!” teriak
Baekhyun dengan kencang melihat penampilan orang itu. Sesosok yeoja dengan
memakai jaket, celana jeans, topi, dan masker. Rambutnya yang terurai
dimasukkan ke dalam topi. Ia membawa sebuah pistol di tangannya.
“Aku? Aku orang yang akan
membalaskan dendam namja yang pernah di bully hingga tewas. Namun, sekolah
menutup kasusnya, Kau ingat?” tanya yeoja itu dengan suara samar karena
mulutnya ditutup masker. Sehingga Baekhyun tak dapat mengenali suaranya.
Baekhyun memikirkan namja
yang dibicarakan yeoja itu. Dia ingat, namja itu… Namja itu adalah… Chen!. “Apa
namja yang kau maksud itu… Chen?” tanya Baekhyun.
“Jenius! Kau masih
mengingatnya!” kata yeoja itu sambil memainkan pistolnya. “Bukankah dia minta
tolong padamu ketika di bully? Kenapa kau tidak menolongnya? Sehingga dia mati
dengan cara mengenaskan!” kata yeoja itu menahan emosi.
“Aku tidak mengenal siapa
dia” kata Baekhyun. Dari matanya terlihat Baekhyun berbohong.”Kau berbohong!
Dia satu kelas denganmu! Mana mungkin kau tidak mengenalnya!” teriak yeoja itu.
Yeoja itu mulai menembakkan
pelurunya. Baekhyun berhasil menghindar. Kali ini yeoja itu melepaskan sebuah
tembakan. Sebuah peluru bersarang di kaki kiri Baekhyun. Dari kakinya keluar
darah yang banyak. Baekhyun merasakan sakit pada kakinya. Ia meringis
kesakitan. Dan berusaha untuk tetap berdiri dengan sebelah kaki.
Yeoja itu melepaskan sebuah
tembakan lagi. Kali ini peluru itu bersarang di kaki sebelah kanan Baekhyun.
Baekhyun meringis kesakitan. Ia sudah tak kuat untuk berdiri lagi dan akhirnya
Baekhyun jatuh dengan kaki bersimbah darah.
“Kau tahu? Hal ini sama
menyakitkannya dengan apa yang dialami Chen waktu itu!” Teriak yeoja itu di
depan Baekhyun.
Baekhyun mencoba meraih
kamera digital yang ada di sekitarnya sebelum yeoja itu melihat. Yeoja itu
berjalan mendekati Baekhyun. Ia menempelkan pistolnya di dada Baekhyun. Di
tangan Baekhyun, ia sudah memegang kamera untuk memotret wajah yeoja itu.
Karena Baekhyun yakin dia adalah orang yang sama dengan orang yang membunuh
Jira.
Yeoja itu menarik
pelatuknya. “Hei. Harusnya kau bersyukur. Aku akan membuatmu menyusul Jung
Jira, yeojachingumu itu” kata yeoja itu dan Baekhyun memotret wajah yeoja itu
tanpa suara walaupun tertutup masker dan topi.
DOORRR. Yeoja itu
melepaskan pelurunya. Peluru itu bersarang di dada Baekhyun. Darah ada dimana
mana. Nafas Baekhyun tersengal sengal. Terdengar suara langkah kaki menuju
kamar yang ditempati Baekhyun.
Yeoja itu meninggalkan
Baekhyun dan keluar melalui balkon kamar Baekhyun. Kesadaran Baekhyun mulai
menipis. Baekhyun sudah lelah karena kehabisan banyak darah.
“BAEKHYUN-AH” teriak sorang
yeoja yang masih terdengar oleh Baekhyun. Itu eomma… Kata Baekhyun di dalam
hati.
Nafas Baekhyun tersengal-
sengal. Dan semuanya menjadi gelap.
——
Chanyeol mengendarai
motornya. Ia hendak pergi ke toko buku untuk membeli beberapa buku. Di tengah
perjalanan, handphone Chanyeol bergetar.
Chanyeol menepikan
motornya. Dilihat handphonenya, sebuah panggilan masuk dari eomma Baekhyun.
Chanyeol segera mengangkatnya.
“Yobosseyo?” Chanyeol
memulai pembicaraan.
“Annyeonghasseo, Chanyeol”
kata eomma Baekhyun dengan suara bergetar, ketakutan dan khawatir.
“Annyeonghasseo, ahjumma”
kata Chanyeol dengan ramah. “Waeyo? Kenapa suaramu begitu bergetar, ahjumma?”
tanya Chanyeol penasaran.
“Chanyeol… Baekhyun akan
kubawa pergi ke Amerika” kata eomma Baekhyun membuat Chanyeol kaget. “Di Korea
nyawanya terancam” lanjutnya.
“Apa maksudmu, ahjumma?”
tanya Chanyeol penasaran. Ia khawatir dengan keadaan Baekhyun. “Apa ada sesuatu
yang terjadi pada Baekhyun?”
“Dia kritis” kata eomma
Baekhyun. Chanyeol kaget. “Aku tak bisa menjelaskan padamu apa yang terjadi
padanya. Jika kau ingin tahu datanglah ke villa yang biasa Baekhyun datangi”
lanjutnya lalu menutup telepon begitu saja.
Chanyeol segera memutar
motornya dan pergi ke villa yang dimaksud itu.
Chanyeol berada di jalan
sepi menuju ke bukit. Ia mempercepat motornya. Namun, ban motor Chanyeol
meletus secara tiba tiba. Chanyeol yang sedang ada dalam kecepatan tinggi tak
dapat menghentikan motornya. Ia kehilangan kendali dan terseret bersama
motornya.
Motornya mengarah pada
sebuah truk yang melintas di depannya. Supir truk itu tak dapat menghentikan
laju kendaraanya karena Chanyeol yang kehilangan kendali tiba tiba ada di depan
kendaraannya.
Alhasil, Chanyeol bersama
motornya terseret truk itu. Dan ketika supir truk itu berhasil menghentikan
kendaraannya, Chanyeol sudah ditemukan tewas dengan beberapa bagian tubuh
seperti tangan dan kaki yang sudah terlepas dari tubuhnya. Tubuh Chanyeol
ditemukan tewas dengan tubuh sudah tidak utuh lagi.
—–
Kris sedang menikmati
secangkir kopi sambil berada di depan laptopnya mencari profil tim yang akan
bermain pada kejuaraan basket SMA tingkat Asia. Tiba tiba handphonenya
bergetar. Sebuah telepon masuk. Itu telepon dari Tao.
“Yobosseyo?” Kris memulai
percakapan.
“HYUNG! Kau harus segera ke
sini! Kau harus segera ke rumah sakit!” kata Tao dengan tergesa-gesa.
“Waeyo? Apa yang terjadi ?
siapa yang ada di rumah sakit?” Tanya Kris khawatir.
“Chanyeol Hyung! Kau harus
melihat mayatnya! Keadaannya sangat mengenaskan Hyung! Ppali! Selebihnya akan
kuceritakan nanti” kata Tao. “Ne. arasseo. Aku akan segera pergi ke sana”kata
Kris menutup teleponnya, ia segera meraih jaketnya. Lalu bergegas menuju rumah
sakit.
—
Kris sudah sampai di salah
satu rumah sakit yang jaraknya cukup jauh dari Seoul. Disana tampak Sehun, Kai,
dan Tao sudah berkumpul. Wajah mereka tampak pucat. Kris segera menghampiri
mereka.
“Waeyo? Apa yang terjadi
dengan Chanyeol?” Tanya Kris panik. Suasana hening. Tak ada jawaban yang keluar
dari mulut mereka.
“Jelaskan padaku!” bentak
Kris. Mereka bertiga melihat ke arah Kris.
“Chanyeol hyung mengalami
kecelakaan hyung” kata Kai membuka mulutnya. “Dia terlindas truk dalam
perjalanan ke bukit” kata Kai dengan wajah yang terlihat pucat.
“Kau bilang apa?” Tanya
Kris tidak percaya dengan apa yang terjadi. “Kalau hyung tak percaya silahkan
lihat sendiri mayatnya di ruang mayat” kata Sehun menjawab pertanyaan Kris.
Kris pergi ke ruang mayat.
Di sana terlihat mayat dengan tangan dan kaki yang terpisah dari tubuhnya.
Dilihat oleh Kris wajah mayat itu. Itu adalah mayat Chanyeol. Kris kaget dengan
kejadian ini.
Kris keluar ruang mayat
dengan lemas. Ia menghampiri Kai, Sehun, dan Tao. “Kalian benar” kata Kris
dengan lemas.
“Hyung. Apa kau sudah
mendapat kabar tentang Baekhyun hyung?” Tanya Sehun pada Kris yang masih
terlihat lemas.
“Ani. Aku belum mendapatkan
kabar apapun tentangnya” kata Kris dengan lemas.
Kai, Sehun, dan Tao
terlihat khawatir dengan keadaaan Baekhyun. Wajar saja mereka belum mendapat
kabar tentang Baekhyun setelah Baekhyun pergi tadi siang. Kris yang melihat
mereka merasa bersalah.
“Ini semua salahku.
Mianhae” kata Kris membungkukkan badannya di hadapan mereka. Mereka semua
terkejut dengan sikap Kris. Karena selama ini Kris tak pernah sekalipun merasa
bersalah pada mereka semua.
“Tenanglah hyung. Ini bukan
salahmu” kata Tao menepuk punggung Kris. Kris kembali berdiri tegak. “Ne. hyung
ini semua belum tentu salahmu” kata Kai diikuti anggukan Sehun.
“Kita cari tahu apa
penyebab kematian Chanyeol. Bagaimana? Kalian setuju?” Tanya Kris. Kai, Sehun,
dan Tao tersenyum dengan perkataan Kris. Mereka semua mengangguk setuju. Kris
tersenyum.
“Baiklah. Kita akan mencari
tahu apa yang terjadi pada Chanyeol mulai besok” kata Kris. Kai, Sehun, dan Tao
tersenyum melihat Kris. Di dalam hati mereka bangga mempunyai kapten basket
seperti Kris.
Polisi menelepon Tao. Tao
pun berbincang bincang dengan polisi. Setelah selesai, Tao memberitahukan
pembicaraannya tadi. Tao bilang kalau polisi menemukan kejanggalan di motor
Chanyeol waktu kecelakaan. Kris tersenyum dengan senyuman mautnya.
Misi dimulai.
-TO BE CONTINUED-